Rifan financindo – Sebuah polling terbaru dari Reuters yang melibatkan lebih dari 500 ekonom, Fund Manager, serta ahli mata uang dan sekuritas, menyimpulkan bahwa momentum ekonomi AS telah mencapai puncak, sehingga penurunan (resesi) mungkin akan segera terjadi. Tak main-main, menurut perkiraan para responden survei Reuters tersebut, peluang terjadinya resesi mencapai angka 40 persen.
Probabilitas resesi yang mencapai 40 persen merupakan level tertinggi dan tidak pernah terlihat sejak satu dekade lalu. Probabilitas tinggi untuk resesi terakhir kali muncul pada jajak pendapat Reuters pada bulan Januari 2008, hanya delapan bulan sebelum kejatuhan Lehman Brothers yang mengawali resesi hebat di AS.
Inverted Yield Curve, Tanda Dini Sebelum Resesi
Apa yang memicu kekhawatiran di kalangan ekonom adalah selisih nilai imbal hasil (Yields) obligasi AS untuk tenor 2 tahun dan 10 tahun yang turun hingga kurang dari 10 basis poin. Kesenjangan itu merupakan yang terkecil sejak menjelang resesi terakhir AS pada 2008 lalu.
Baca juga:
- RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
- PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor
- RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
- RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
- RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
- PT.RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
- PT.RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
- RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
Yield Curve yang melandai dengan jarak menyempit (inverted), biasanya menunjukkan signifikasi kekhawatiran investor mengenai pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang akan melambat. Perlu diketahui, pergerakan Inverted Yield Curve telah terbukti mendahului semua resesi yang pernah terjadi di AS selama setengah abad terakhir.
Grafik ilustrasi Inverted Yield Curve
Yield Curve diperkirakan akan berbalik pada semester pertama 2019. Setelah itu, resesi kemungkinan akan muncul paling cepat satu tahun kemudian, atau pada tahun 2020 mendatang.
Baca juga:
- PT.RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
- PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
- PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
- PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
- RFB || RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat
- rifan financindo || Banyak Masyarakat Belum Paham PBK
- PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA ||
- pt rifan financindo
Bagaimana Tanggapan Ekonom?
“The Fed tidak berpikir bahwa penyempitan jarak Yields Obligasi akan menjadi masalah, sehingga kemungkinan ini akan mengarah pada kesalahan pengambilan langkah kebijakan moneter, yang akan mendorong ekonomi ke jurang resesi,” kata Philip Marey, ahli strategi senior di Rabobank.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Joel Naroff yang menjabat sebagai kepala ekonom di Naroff Economic Advisors, “Saya berpikir semua dorongan untuk pertumbuhan ekonomi akan memudar pada 2019 mendatang, jadi dari mana pertumbuhan akan datang? Apakah kita pasti mengalami resesi? Saya tidak bisa memastikan hal tersebut. Selama 9 tahun terakhir, saya belum memiliki Forecast negatif untuk PDB. Namun pada (Forecast) 2020, untuk pertama kalinya saya memasukkan angka negatif dalam perkiraan,” ujar Naroff. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka )
Lihat : Rifan financindo
Sumber : seputarforex
Baca juga :
- PT RIFAN FINANCINDO | Sosialisasi Perdagangan Berjangka Harus Lebih Agresif: Masih Butuh Political Will Pemerintah
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA DBS TOWER | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu