RIFAN FINANCINDO PEKANBARU – Mata uang Euro belum mampu memulihkan diri dari Low 13 bulan terhadap Dolar AS pada hari Selasa (14/8) pagi ini, karena krisis Turki yang dikhawatirkan dapat berdampak luas pada perkonomian Uni Eropa dan pasar Emerging Market (negara berkembang) lainnya. Hal itu tak ayal membuat sebagian besar mata uang negara berkembang bergerak melemah sejak hari Senin kemarin.
- PT.RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
- PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
- PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
- PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
- RFB || RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat
- rifan financindo || Banyak Masyarakat Belum Paham PBK
- PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA ||
- pt rifan financindo
Euro Kesulitan Menguat, Yen Kalah Saing Sebagai Safe Haven
Pada pukul 07:10 WIB tadi, pair EUR/USD diperdagangkan pada level 1.1405 setelah sempat jatuh ke level terendah 13 bulan pada perdagangan hari Senin kemarin. Sebagai catatan, Euro telah anjlok 2.4 persen sejak awal Agustus terhadap Dolar AS. Ketika berita ini ditulis, EUR/USD masih berupaya bangkit di kisaran 1.1408.
Krisis Turki telah mendorong Investor mencari posisi aman dengan membeli mata uang safe haven, sehingga Franc Swiss melonjak hingga menyentuh level 1.1288, yang merupakan level tertinggi 1 tahun terhadap Euro. Akan tetapi, Yen yang selama ini dianggap mata uang safe haven, seolah tidak bisa berbuat banyak karena harus tergelincir atas Dolar AS karena kenaikan imbal Obligasi AS. Pair USD/JPY saat ini diperdagangkan pada level 110.85, setelah sempat menyentuh level rendah 110.11 pada hari Senin kemarin.
- RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
- PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor
- RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
- RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
- RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
- PT.RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
- PT.RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
- RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
Mata Uang Negara Berkembang Ikuti Penurunan Lira
Investor yang gugup atas krisis Turki, mendorong arus modal keluar dari pasar negara berkembang yang sebagian besar mengalami defisit neraca berjalan, dan sangat bergantung pada modal asing. Kejatuhan mata uang negara berkembang membuat bank-bank sentral mulai melakukan intervensi. Salah satu contohnya adalah Bank Indonesia yang tengah berupaya mempertahankan nilai Rupiah. Selain itu, bank sentral India dilaporkan melakukan intervensi setelah Rupee tergelincir cukup dalam versus Dolar AS.
Lira Turki mencatatkan penurunan 0.6 persen terhadap Dolar AS di sesi Asia hari Selasa ini, dan berada di level 6.955 per USD. Sejatinya, Lira berusaha bangkit, setelah sempat menyentuh level paling rendah pada 7.24 per USD dalam sesi trading kemarin. Perlu diketahui, Lira telah melemah 30 persen terhadap Greenback dalam beberapa pekan terakhir. Kejatuhan Lira dimulai dari sikap Presiden Tayyip Erdogan yang enggan menaikkan suku bunga, meski tingkat inflasi Turki meningkat. Di samping itu, keretakan hubungan Turki dan AS ikut memperburuk performa Lira. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka )
Lihat : Rifan financindo
Sumber : seputarforex
Baca juga :
- PT RIFAN FINANCINDO | Sosialisasi Perdagangan Berjangka Harus Lebih Agresif: Masih Butuh Political Will Pemerintah
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA DBS TOWER | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu
“Lira Turki tetap akan bergerak volatil dan saya rasa terlalu dini untuk menyebut Lira sudah berada di posisi paling rendah (Oversold). Untuk saat ini, Lira berdampak negatif pada mata uang negara berkembang,” kata Yukio Ishizuki, ahli strategi senior di Daiwa Securities.