Uncategorized

RIFANFINANCINDO BERJANGKA PEKANBARU | Terimbas Kabar Dari AS, Kurs Rupiah Jatuh Ke Terendah 20 Bulan

RIFANFINANCINDO BERJANGKA PEKANBARU – Penilaian positif mengenai kondisi ekonomi Amerika Serikat yang tertuang dalam notulen rapat kebijakan moneter bank sentral (Notulen FOMC) terbaru, mendorong penguatan Dolar AS. Akibatnya, kurs Rupiah terhadap Dolar AS anjlok ke level terendah sejak Juni 2016. Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dikutip Bank Indonesia hari ini (22/Februari) menunjukkan nilai tukar pada angka Rp13,665 per Dolar AS.

Baca juga: 
 
  • RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
  • RIFAN  |  Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
  • PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka 
  • PT. RIFAN  | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
  • RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras

Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS

Notulen FOMC dari rapat yang diadakan pada akhir Januari diantaranya menyebutkan, “Anggota (rapat FOMC) setuju bahwa penguatan dalam outlook ekonomi jangka pendek meningkatkan kemungkinan layaknya kenaikan bertahap Federal Funds Rate (suku bunga AS)”. Selain itu, diungkapkan pula, “bersama dengan prospek laju aktivitas ekonomi berlanjut dengan solid, memberikan dukungan bagi pandangan bahwa inflasi…kemungkinan akan naik di tahun 2018.”

Pernyataan otoritas moneter AS tersebut memicu penguatan Dolar AS terhadap sebagian besar mata uang mayor, termasuk Dolar Australia, Euro, dan Poundsterling. Demikian pula, mata uang-mata uang negara berkembang terpuruk, termasuk Rupiah.

Ariston Tjendra dari Monex Investindo Futures mengungkapkan pada Antaranews, pergerakan mata uang Rupiah cenderung dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama dari Amerika Serikat mengenai potensi kenaikan suku bunga AS. Katanya, “Hasil pertemuan The Fed yang hawkish mendorong kenaikan Dolar lebih lanjut.”

Terlepas dari itu, sejumlah pelaku pasar internasional masih optimis mengenai perkembangan pasar negara berkembang ke depan. Sebagaimana disampaikan oleh Takahide Irimura, ekonom di Mitsubishi UFJ Kokusai Asset, kepada Bloomberg, “(Kenaikan suku bunga AS) boleh jadi mendorong sejumlah pelarian dana dari pasar negara berkembang, karena yield Obligasi AS terus meningkat; tetapi takkan terjadi outflow signifikan seperti (yang terjadi pada) 2013. Investor telah meletakkan dana ke pasar negara berkembang dengan mengetahui Fed (bank sentral AS) mulai menaikkan suku bunga.”

Baca juga: 
  • PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
  • PT RIFANFINANCINDO  | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
  • PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
  • PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
  • RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat

“Fundamental di negara-negara berkembang kini jauh lebih baik daripada di tahun 2013 ketika lima negara berkembang mayor –India, Indonesia, Afrika Selatan, Brazil, dan Turki– melemah secara signifikan. Neraca Berjalan sebagian besar negara-negara ini telah membaik sejak saat itu, dan inflasi sudah terstabilkan, sehingga membuat mereka makin tangguh menghadapi kejutan eksternal. Jadi, walaupun yield Obligasi AS mencapai 3 persen, saya tak mengekspektasikan kepanikan outflow dana dari negara berkembang. Ketika suku bunga bergerak menuju area 3.5-4 persen, sejumlah investor mungkin melakukan aksi jual, dikarenakan penyempitan selisih suku bunga; tetapi tetap saja panic-selling atas aset-aset negara berkembang tak mungkin terjadi.” ( Mbs-rifan financindo berjangka )

Lihat : Rifanfinancindo

Sumber : seputarforex

Baca Juga Di : 

Leave a comment